Sabtu, 21 Februari 2009

SAS INDOMERAPI BERSAMA PETANI MEWUJUDKAN EKSPOR



Satu demi satu produk-produk pertanian dari Indonesia mulai memasuki pasar global. Kali ini giliran Salak Pondoh Sleman yang naik daun. Buah eksotis andalan Kabupaten Sleman ini telah merambah negeri tirai bambu, China. SAS Indomerapi yang telah digandeng oleh PT. Agung Mustika Selaras (PT. AMS) telah berusaha memenuhi permintaan pasar China sejak Bulan Oktober 2008 lalu. Kerjasama kemitraan pun terus dibina antara SAS Indomerapi, PT. AMS, serta kelompok-kelompok tani pemasok yang tergabung dalam APPSI (Asosiasi Petani dan Pedagang Salak Indomerapi).
Permintaan akan buah Salak Pondoh Sleman sendiri semakin meningkat di pasar China. Seiring dengan bulan promosi dan pengenalan produk yang baru berlangsung di 10 Provinsi di China hingga saat ini permintaan dari eksportir pun semakin meningkat. Pada awal bulan Oktober 2008 permintaan dari eksportir baru 2 ton per hari, itupun masih seminggu sekali. Secara bertahap, volume ekspor semakin meningkat menjadi 2 kali per minggu masing-masing 2 ton serta 3 hingga 5 ton pada Bulan Desember lalu, dan hingga pertengahan Bulan Februari 2009 permintaan dari eksportir rata-rata adalah 5 hingga 8 ton perhari.
Bukan perkara mudah untuk memenuhi permintaan ekspor yang semakin meningkat ini. SAS sendiri menyadari bahwa penyediaan buah Salak dengan standart kualitas yang memenuhi keinginan pasar ekspor adalah pekerjaan besar yang memerlukan koordinasi antar SAS Indomerapi dan kelompok-kelompok tani binaannya. Buah Salak yang diekspor adalah Salak dengan kualitas nomor dua sedang Salak dengan kualitas nomor satu disiapkan untuk pemenuhan pasar modern dan hypermarket, contohnya adalah Carrefour, SAS Indomerapi bersama-sama dengan BIMANDIRI mengembangkan program filliere dan Bio Carrefour, salah satu program unggulan Carrefour dalam penyediaan buah serta sayuran organik bagi konsumennya. Apabila Salak dengan kualitas nomor satu ini diekspor tentu saja SAS serta petani akan kewalahan karena keterbatasan produksi Salak dengan kualitas nomor satu.

Upaya Menuju Ekspor
Diawali oleh kunjungan kerja menteri pertanian Republik Rakyat China pada pertengahan bulan November 2007 yang diterima langsung oleh Kepala Badan Karantina Pertanian yang dalam sambutannya mengungkapkan perkembangan iklim dan prospek kondusif dari aktifitas ekspor/impor komoditas pertanian kedua negara.
Hingga saat ini tercatat sudah ada 3 produk buah yaitu kelengkeng, pisang dan manggis yang telah diterima dengan baik di pasar China. Beberapa jenis buah-buahan exotic tropical fruit lain juga turut dipromosikan oleh Kepala Badan Karantina untuk mendapat market access di pasar China, salah satunya adalah Salak Pondoh. Dan Salak Pondoh langsung mendapatkan prioritas utama dikarenakan keeksotikannya dan merupakan salah satu buah tropis asli Indonesia.
Duta Besar China untuk Indonesia, Lan Lijun saat itu mengungkapkan bahwa China adalah peluang emas bagi eksportir dari Indonesia untuk mengembangkan usaha di negara dengan jumlah penduduk lebih dari 1,3 milyar jiwa tersebut. China bukan hanya tumbuh dengan kekuatan industri yang signifikan di Asia, tetapi juga merupakan konsumen yang besar. “ Indonesia perlu mengoptimalkan ekspor buah-buahan ke China karena di negara kami ada beberapa buah yang disukai, namun persediaannya masih terbatas, salah satunya adalah Salak, buah yang enak tersebut langka di pasaran China sehingga ini bisa menjadi peluang bagi pengusaha Salak di Indonesia untuk memasarkannya ke China,” kata Lan.
Tanggapan positif dari pemerintah China tersebut ditanggapi dengan baik oleh pemerintah Indonesia, yang akhirnya membentuk rapat gabungan pada tanggal 9 januari 2008. Rapat yang diselenggarakan di Pusat Karantina Tumbuhan ini dipimpin langsung oleh Kepala Badan Karantina Tumbuhan (Ir. Soewanda), dan diikuti oleh pihak-pihak yang akan terkait oleh ekspor Salak ke China ini, diantaranya Kepala Bidang Karantina Tumbuhan Ekspor dan Antar Area (Ir. Dwi Putra Setiawan), Ibu Ade Tunus, eksportir salak PT. Agung Mustika Selaras (Josep Joemono dan staf), dan wakil dari Direktorat Budidaya Tanaman Buah (Heru dan Syamsuardi).

Pada rapat ini dihasilkan Draft Protocol of Inspection and Quarantine Requiretments for the Export of Salacca Fruit from Indonesia to China, yang menyatakan bahwa untuk kesiapan membuka ekspor Salak ke China maka pihak Indonesia harus mempersiapkan diri untuk memenuhi persyaratan ekspor pemerintah China, yaitu :
- Persiapan kebun Salak: dari aspek penerapan GAP dan IPM.
- Persiapan Packaging House: akan dibuat SOP untuk tahap-tahap pasca panennya.
Permintaan pemerintah China terhadap kebun yang telah menerapkan GAP, IPM, serta dilakukan analisis residu pestisida akan diupayakan untuk dipenuhi.
- GAP dan SOP ditangani oleh Direktorat Budidaya Tanaman Buah bersama dengan eksportir dan petani.
- IPM informasi penerapan PHT pada salak akan disiapkan oleh Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura.
- Analisis Residu Pestisida: Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura diminta untuk melakukan pemantauan residu pestisida. Sampel buah akan diambil oleh eksportir, pengambilan sampel sesuai dengan pedoman yang ada.
- Pest List Salak: telah disiapkan oleh Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura.
- Apabila sudah siap, pihak AQSIQ (2 orang expert) akan melakukan inspeksi ke Indonesia yang biaya kunjungan mereka menjadi tanggungan pihak eksportir.

SAS Indomerapi dan Program HPSP
Melalui Draft tersebut SAS Indomerapi, PT. Agung Mustika Selaras (PT. AMS), serta Direktorat Budidaya Tanaman Buah segera menindaklanjuti rencana yang telah disusun. SAS Indomerapi pun selaku manajemen ekspor yang telah ditunjuk oleh PT. AMS melalui persiapan-persiapan di lapangan melalui pendataan dan penyiapan manajemen pada Kelompok Tani pemasok serta mengikuti Program HPSP (Horticulture Partnership Support Program) yang didukung oleh INA (Indonesian-Netherlands Assosiation), salah satu lembaga ornop yang hingga saat ini berperan aktif membantu kesiapan menuju ekspor. SAS Indomerapi dan Program HPSP-INA melakukan langkah nyata melalui program pembangunan Packing House, Pelatihan Manajemen Usaha Tani, Pelatihan Pemasaran di tingkat Kelompok Tani, Pengadaan infrastruktur dan pembuatan data base Kelompok Tani, Technical Assistance teknologi panen dan pasca panen, pembangunan sistem pengairan serta melakukan SL-PHT / SL-GAP.

Sistem Pasokan Ekspor
Bagi petani terbukanya peluang ekspor Salak Pondoh ini adalah berkah. Selain buah Salak mereka dibeli dengan harga lebih tinggi yakni Rp. 5,750/kg bahkan akan lebih meningkat lagi sesuai peningkatan harga pasar, aktivitas ekspor ini juga mampu mendorong kenaikan harga jual Salak Pondoh di pasar domestik. Pada saat panen raya biasanya harga jual petani ke pedagang anjlok. Harga biasanya turun hingga Rp. 1500 per kilogramnya, tetapi karena aktivitas ekspor ini harga drastis mengalami perubahan. Harga seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya, bagi petani binaan SAS Indomerapi hal ini adalah adalah penyemangat mereka untuk lebih baik di dalam upaya budidaya dan perawatan kebun mereka. Bukan soal harga saja, dengan membuka keran-keran ekspor, SAS Indomerapi juga telah berhasil memotong sekian banyak rantai distribusi sehingga harga di petani menjadi naik, sementara harga di konsumen menjadi lebih kompetitif. Saat ini SAS Indomerapi juga sedang menjajagi tawaran ekspor dari beberapa negara seperti Singapura, Timur Tengah dan Australia yang nota kesepahamannya (MOU) akan ditanda tangani pada pertengahan Bulan Februari 2009.
Saat ini untuk memenuhi permintaan pasar ekspor ke China saja SAS harus menerapkan sistem gilir untuk seluruh Kelompok Tani yang kebunnya sudah teregister. Disamping itu, pembinaan dan pelatihan terus dilakukan agar produksi Salak dari petani bisa memenuhi standar kualitas yang diinginkan. Untuk mengantisipasi lonjakan permintaan dan pemenuhan permintaan akan ekspor, maka SAS juga berkoordinasi dengan petani lain untuk bergabung, bukan hanya di Sleman tetapi juga petani salak dari lereng Gunung Merapi yang lain, yaitu Kelompok Tani yang berada di wilayah Kabupaten Magelang. SAS Indomerapi beranggapan bahwa dampak langsung akibat ekspor ini bukan hanya menjadi milik petani Salak di Kab. Sleman saja tetapi juga seluruh petani Salak yang berada di lereng Gunung Merapi.
Surya Agung S. S,T selaku pimpinan SAS Indomerapi mengatakan, “saat ini (Minggu,22/2) SAS Indomerapi telah melakukan pengiriman hingga lebih dari 50 kali ke China, ini adalah awal dari rencana besar SAS Indomerapi untuk kembali mewujudkan era kejayaan Salak, bukan hanya melalui pemasaran menuju Pasar Global tetapi juga tetap melakukan pembinaan kepada Kelompok Tani yang berkelanjutan, SAS Indomerapi memiliki perangkat untuk memenuhi rencana tersebut, kami memiliki tim profesional yang ahli dalam bidang budidaya, manajemen usaha tani, hingga ke pemasaran yang didukung dengan keterlibatan Kelompok-Kelompok Tani yang sudah berupaya keras mewujudkan ini semua, saya yakin Salak akan menjadi produk unggulan Indonesia”. Hal senada juga diutarakan oleh Sari Siswanto, Ketua Kelompok Tani Kembang Mulyo, “ Ekspor yang dilakukan SAS Indomerapi dan PT. AMS ini memiliki dampak positif bagi Kelompok Tani kami, anggota Kembang Mulyo kini lebih teliti lagi dalam merawat kebun yang walaupun lebih sulit tapi hasilnya ternyata cukup lumayan, setidaknya posisi tawar petani sekarang menjadi lebih baik apalagi SAS Indomerapi selalu transparan dalam hal penentuan harga dari petani”.








1 komentar:

hortipartnership mengatakan...

terlambat menemuan di sini dan membacanya saja.
tetap memantau dan semoga bermanfaat terutama bagi para petani salak.

salam hangat,

hari